Minggu, 29 November 2009

cinta yang gag pernah mati (Episode I)

Ini adalah kisah percintaan dalam hidup ku yang takkan pernah untuk aku lupakan..
Namaku Lia, kisah ini akau mulai dari aku berumur 14 belas tahun, ketika duduk di bangku akhir SMP. Pada awalnya aku sama sekali tidak mengetahui apa arti cinta, bahkan aku seperti menganggap remeh cintaku..
Papa membelikan rumah baru dikawasan elit di BSD, Sehingga seluruh keluarga ku pindah dan menetap disana, tanpa harus pindah sekolah, jadi aku setiap harinya harus BSD - Jakarta untuk bersekolah.
Awal kepindahan kami di sambut baik dengan para tetangga termasuk keluarga Sudibyo. Mereka memiliki dua anak laki-laki yang sangat tampan, Reyhan Sudibyo dan Riza Fernando Sudibyo. Reyhan dan Riza sangat ramah kepada ku, mereka berdua lebih tua kebanding aku. Riza berumur satu tahun diatas aku, sedangkan Reyhan berumur dua tahun diatas umur ku. Rumah keluarga Sudibyo berseblahan dengan rumahku, sehingga kamarku bersampingan dengan kamar Riza.

Awalnya aku sangat menyukai Reyhan, dan aku yakin Reyhan pun menyukai ku, tapi aku tidak tahu mengapa sampai kini pun Reyhan tidak pernah menyatakan cintanya kepada ku.. aku bosan dengan keadaan saat itu. Namun disaat kebosanan itu melanda, Riza selalu mengisi hari-hari ku. KeIkhlasan, Kasih Sayang, Canda TAwa semua ia tawarkan kepadaku, bahkan tidak jarang aku mempertanyakan apa yang ia berikan kepada ku. Hingga akhirnya tanggal 18 Januari 2007 Riza menyatakan kasih dan sayangnya kepada ku dengan segala konsekuensi yang akan di terimanya. Dan aku seakan-akan melupakan rasa sayang ku kepada Reyhan. Beberapa hari jalanya kisahku dengan Riza, tidak ada sedikitpun rasa ku kepadanya.

Aku anggap ini hanya rasa sementara, dimana aku harus beradaptasi dengan persaanku ini, namun perasaanku tidak pernah ada.

"Jika cinta sejati seringkali harus diuji dari sebuah kesendirian
Kumohon kali ini pada Tuhan untuk tidak memberi hambanya ujian
Bukan ku tidak ingin membuktikan
Hanya saja kuingin sungguh…
bahagianya kurasakan
Jika cinta sejati kerapkali harus melalui beribu rintangan
Kumohon kali ini pada Tuhan untuk memberiku sedikit kelapangan
Bukan ku tidak mau berjuang dan bertahan
Niat putih juga butuh waktu untuk diwujudkan"

barisan puisi tersebut merupakan salah satu puisi yang Riza berikan kepadaku pada awal kami pacaran.. dan kerap kali aku berjuang untuk membalas cinta yang ia berikan kepadaku, ya dengan berusaha sebaik mungkin membuat satu persatu puisi yang ia berikan kepada ku.

"Kepada yang tercinta
Aku hanya ingin tahu
Apakah di sini ada Cinta?
Apakah cinta telah menyentuh ku?

Cinta satu kata
Bermakna dalam dan sangat dalam
aku hanya ingin kau tahu
bahwa semua hanya untukku

Cinta.. Aku butuh cinta
Saat cinta itu datang menghampiriku
aku tak tahu apakah aku harus bahagia
atau sedih..

Tapi aku yakin sebuah cinta
Yang datang untuk menyentuhku
Karna ada cinta di setiap makhluk yang bernyawa

Sungguh persaan cinta itu
sungguh sangat ada
bahkan dapat merasuk dijiwa
Dan menyayangi kalbu disetiap manusia.."

Barisan puisi ku balaskan kepadanya, entah mengapa aku menuliskan puisi tersebut kepadanya, mungkin aku sudah menyerah pada keadaan ini.. ada suatu harapan dalam benakku, Riza mengerti arti perasaan ku yang tersirat dalam puisi yang aku balaskan kepadanya, sehingga ia akan mengakhiri kisah ku dengannya pada malam itu juga.

"Lia, ada apa dengan mu? apakah kamu tidak pernah bahkan tidak sedikitpun dalam hatimu mencintaiku?" Katanya kepada ku. Ingin aku berkata yang sejujurnya, namun entah mengama mulut ini tetap terdiam, terkunci rapat. Bahkan berbicara dengan tidak sejujurnya kepanya.

"Tidak.... aku... benar-benar mencintai kamu kok." bohongku kepadanya. tetap saja kata yang tidak benar terucap oleh bibirku.

"Apakah kamu sedang berbohong? kalaupun kamu berbohong, aku akan tetap mencintai mu, aku tidak akan pernah menyalahkan mu, dan kau harap kau memberikan aku kesempatan agar menhilangkan rasamu kepada ka Reyhan"

"Tau dari mana kamu!" aku kaget dengan pernyataan Riza yang mengetahui perasaan Cintaku sebenarnya kepada Ka Reyhan.

"Ka Reyhan sendiri yang bercerita kepada ku, sebenarnya dia juga mencintaimu, namun dia mengalah kepada ku, karnia dia tahu kalau aku juga sangat mencintamu."
Tanpa satu katapun air mataku menetes di pipiku hati ku gundah dan hancur ketika mendengar hal tersebut.

Mengapa? mengapa harus Reyhan yang mengalah, mengapa harus Riza yang mencintaiku, mengapa dia yang tidak ku cintai harus mencintai ku dan mengapa orang yang aku cintai mengalah padahal ia mencintaiku juga, aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Reyhan..
Semalaman aku menangis dan bertanya-tanya dalam benak ku bahkan aku tak bisa tertidur. Ku beranikan diriku untuk berjalan keluar komplek menuju Taman. Lama-kelamaan aku menyadari ada seseorang yang mengikutiku hingga Taman, dan betapa kagetnya aku ketika yang ada di hadapanku adalah Reyhan.

"Kamu ngapain malem-malem gini di taman, sendirian lagi.. Tidak baik loh wanita sendirian keluar malem." katanya kepadaku.

"Kamu masi peduli sama aku? aku dah denger semuanya dari Riza" dengan suara meninggi.

" Pedulilah! Kan kamu bakal jadi adik iparku, bagus deh kalau kalu dah tau, jadi aku ga usah ngejelasin lagi sama kamu!"

"Kenapa?" sambil terisak-isak

"Karna aku gak mau kalau kamu jadi bahan permainan aku, yaelah dalam kehidupan seorang Reyhan Sudibyo itu gak ada yang namanya cinta, ya.. paling cinta itu cepet kadaluarsanya, paling lambat ya seminggu.. bagi ku semua cewek tuh sama aja yang gampang dimaenin, jadi dari pada kamu aku maenin mending aku kasih adek aku aja yang katanya sih bener...."

"Plak...." tamparanku sudah sampai sebelum Reyhan menyelesaikan pembicaraannya. Akupun berlari dan ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya. akupun terus berlari dan berlari menuju kedalam rumah dan menuju kekamarku.. hati ku marah, entah siapa yang harus ku marahi, entah siapa yang harus aku benci, diriku sendiri, atau Reyhan yang sangat-sangat aku cintai...

(Bersambung...)